Nelayan Marana Siap Siaga Bencana

Nelayan Marana Siap Siaga Bencana

Bencana datang tidak melulu untuk disesali namun juga untuk dipelajari. Prinsip ini melekat pada diri nelayan di Desa Marana, Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah. Dalam fase pemulihan pascagempa bumi dan tsunami 28 September 2018 lalu, Wahana Visi Indonesia (WVI) dengan dukungan penuh dari Disaster Emergency Committee (DEC) dan Pemerintah Inggris melakukan pendampingan Pengurangan Risiko Bencana (PRB) terhadap 130 nelayan di Kabupaten Donggala dalam menghadapi kemungkinan bencana di masa mendatang.

Salah satu upaya yang dilakukan dalam mendukung PRB adalah memetakan pemahaman akan risiko saat melakukan aktivitas melaut termasuk menyelenggarakan simulasi penanganan korban tenggelam di laut. Bekerja sama dengan Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Donggala, simulasi ini diikuti oleh 48 nelayan di Desa Marana. Salah satu nelayan yang mengikuti kegiatan ini adalah Nurdin. Kepala keluarga yang sehari-hari menafkahi keluarganya dari hasil melaut ini bersemangat mengikuti simulasi tersebut.  Harapannya, jika ada sesuatu buruk terjadi saat ia bekerja menangkap ikan, ia sudah memiliki bekal untuk menyelamatkan diri maupun rekannya.

“Saya senang sekali mengikuti pelatihan ini. Saya bersama teman-teman nelayan di Desa Marana, Kecamatan Sindue, Kabupaten Donggala juga berterima kasih kepada Basarnas dan BPBD atas pelatihannya,” ujar Nurdin usai mengikuti simulasi bersama rekan-rekannya di lepas pantai.

Simulasi yang dilakukan pada pertengahan bulan Maret 2020 lalu berfokus pada cara menyelamatkan rekan nelayan yang tenggelam termasuk pertolongan pertama yang harus dilakukan. Hal ini menjadi sebuah pengetahuan yang baru bagi Nurdin dan rekan-rekannya.

“Baru sekarang kami belajar seperti ini. Dulu kami tidak terlalu tahu, cara menyelamatkan diri saat tenggelam di laut. Sekarang kami tahu apa saja yang harus dilakukan untuk menolong diri sendiri dan juga rekan-rekan saya. Terima kasih WVI, Basarnas dan BPBD,” pungkas Nurdin.

Selama dua tahun respons gempa bumi dan tsunami yang dilakukan WVI di Sulawesi Tengah, upaya PRB telah diintegrasikan pada setiap sektor intervensi. Secara akumulatif, penerima manfaat khusus kegiatan PRB adalah 1.350 orang. Sementara itu, 1 buah modul Pengurangan Risiko Bencana Berbasis Masyarakat telah dibuat dan 9 kajian resiko bencana telah dibangun di tingkat desa. Sebanyak 1.046 orang juga telah mengikuti kegiatan pengembangan kapasitas mengenai PRB dan 1.300 orang mengikuti simulasi bencana.

 

Ditulis oleh Rena Tanjung, Communications Officer, Wahana Visi Indonesia


Artikel Terkait