Master Teacher Andalan Papua

Master Teacher Andalan Papua

“Saya sempat kewalahan mengajar murid SD kelas kecil. Saya sampai meminta Kepala Sekolah memindahkan saya mengajar di kelas yang berbeda. Saya merasa bersalah karena saat itu tidak bisa mengajar anak-anak ini membaca,” cerita Angelia (28). Perempuan muda yang sejak kecil sudah bercita-cita menjadi guru ini sebenarnya sangat mencintai profesinya. Namun, pengalaman mengajar yang berbeda dengan keahliannya sempat membuat Bu Angel ingin menyerah. 

Sekarang, alumni dari jurusan Pendidikan Biologi Universitas Pelita Harapan ini, ternyata masih terus mengajar murid kelas 1 dan 2 SD. “Menjadi guru itu tugas yang berat. Karena kita adalah penentu kualitas generasi yang selanjutnya. Tapi saya yakin, segala tantangan bisa dilalui asal terus mau belajar,” ujarnya. 

Tantangan mengajar membaca yang sempat membuat Bu Angel kewalahan berhasil dilalui setelah ia mengikuti pelatihan Wahana Literasi. Pelatihan ini merupakan project model yang diterapkan Wahana Visi Indonesia untuk menyasar isu keterampilan literasi bagi anak usia kelas 1 sampai 3 SD. Program pendidikan yang dilakukan WVI di Papua merupakan kerja sama dengan Kemendikbud Ristek melalui Program Organisasi Penggerak (POP). 

Dalam pelatihan tersebut, guru-guru memperoleh pengembangan kapasitas mengajar, membuat Alat Peraga Edukatif (APE) dan pojok baca di kelas, serta materi lain yang efektif meningkatkan keterampilan membaca siswa. Dengan tekad untuk terus belajar, Bu Angel menjadi guru yang bukan hanya mampu mengajar murid membaca, tapi juga "mengajar” guru lain agar makin mahir mengajar membaca. Bu Angel adalah salah satu Master Teacher andalan di Kabupaten Biak, Papua. 

“Ada seorang murid yang ketika masuk di kelas saya, dia sama sekali belum bisa membaca. Anak-anak terbiasa menghafal huruf dan suku kata, bukan membaca. Tapi setelah saya tahu cara ajar dari Wahana Literasi yaitu, membaca dengan bunyi huruf, anak-anak jadi lebih bisa membaca. Termasuk murid saya yang satu ini,” cerita Bu Angel. Ia pun melanjutkan, “Saat saya lakukan evaluasi murid, saya kaget ketika murid saya ini sudah lebih lancar membaca. Dari yang tadinya sama sekali tidak bisa, jadi bisa,”. 

Ketika Bu Angel bertanya pada muridnya, apa yang membuat dia bisa membaca, murid tersebut menjawab karena ia lebih paham konsep membaca setelah diajar membunyikan huruf. Selain itu, pojok baca dan APE yang tersedia di kelas juga membuat dia jadi makin gemar membaca. Sehingga ketika murid tersebut berada di rumah, ia juga meminta orang tuanya menyediakan buku-buku untuk ia belajar membaca. 

“Ini jadi satu hal yang paling berkesan buat saya. Murid-murid jadi jauh lebih semangat ke sekolah untuk belajar, bukan hanya untuk main dengan teman. Sekarang, setiap selesai kerjakan tugas di kelas, murid-murid saya sering minta izin untuk menunggu teman-temannya selesai kerjakan tugas sambil membaca di pojok baca,” tutur Bu Angel. 

Perempuan yang memiliki semangat untuk membangun kampung halamannya ini memiliki keinginan untuk bisa mengintegrasikan literasi dengan semua mata pelajaran yang ada. Karena ia merasa, terampil membaca sangat penting bagi murid di kelas kecil. Ia pun berharap, pembelajaran dan pengalaman yang ia miliki dapat memberi manfaat bagi guru lain. Begitu juga dengan Bu Angel sendiri, akan terus belajar dan berinovasi agar bisa memberikan pendidikan literasi yang terbaik bagi anak-anak di Papua.

 

 

Penulis: Mariana Kurniawati (Communication Executive

Kontributor: Tim Program Organisasi Penggerak area Kabupaten Biak, Papua


Artikel Terkait